Ù„َبَّÙŠْÙƒَ اللَّÙ‡ُÙ…َّ Ù„َبَّÙŠْÙƒَ، لاَ Ø´َرِÙŠْÙƒَ Ù„َÙƒَ Ù„َبَّÙŠْÙƒَ، Ø¥ِÙ†َّ الْØ­َÙ…ْدَ ÙˆَالنِّعْÙ…َØ©َ Ù„َÙƒَ ÙˆَالْÙ…ُÙ„ْÙƒَ لاَ Ø´َرِÙŠْÙƒَ Ù„َÙƒَ

6/03/2011

GSM SMS Networking Man Jadda Wajada


Tawarkan Komisi Hingga Rp. 76 Juta Dengan Sistem Networking 'Man Jadda Wajada'.
Gema Shafa Marwa (GSM) dan Shafa Marwa Sukses (SMS) mengajak anda ke Baitullah sekaligus membangun kesejahteraan dunia dan akhirat dengan system networking 'Man Jadda Wajada'
Kendala yang paling utama mengapa seorang muslim/ah belum berumrah atau haji adalah masalah dana. Kesan bahwa ibadah ini hanya untuk kalangan berduit-pun tidak bisa dihindari. Sementara itu pihak penyelenggara perjalanan umrah dan haji pun lebih pada mencari keuntungan semata, dan tidak memberi jalan kemudahan bagi mereka yang terkendala dengan masalah ini. Adalah Gema Shafa Marwa (GSM) dan Shafa Marwa Sukses (SMS) dengan sistem networking 'Man Jadda Wajada' menawarkan jalan kemudahan bagi anda menuju Baitullah. Seperti apa sistem ini dan apa saja keunggulannya?

PT. Gema Shafa Marwa (GSM) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa perjalanan haji dan umroh, didirikan sejak tanggal 18 Oktober 1993 dan berkedudukan di Jakarta. Secara resmi menjadi anggota tetap ASITA (Association of the Indonesia Tour & Travel Agencies) DPD DKI Jakarta sejak Mei 1997 dan HIMPUH (Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji) sejak Juli 1997.
Selama hampir 18 tahun menjalankan amanah pelayanan ini, GSM telah memberangkatkan ribuan jamaah baik umrah ataupun haji, dan belum mengalami masalah dan complain dari jamaah yang berarti. Bahkan banyak mendapatkan kepercayaan dan kerjasama dari lembaga dan perusahaan, di antaranya jajaran direktur PT Indosat, PT Petro Kimia Gresik, jajaran karyawan PT Caltex Riau, PT Mobil Oil, PT Unocal Balikpapan, PT Telkomsel, Kalbe Farma, Ksel Jakarta, Smart Fren, PT Madani Tour Travel selama 2004-2006, Yayasan Pendidikan Islam Hidayatullah Jakarta, Pesantren di wilayah Bali dan sekitarnya, Lembaga Pendidikan Nurul Fikri, Jakarta, dan beberapa Bank.
PT GSM dinakhodai oleh seorang Kiyai Haji yang lama menetap dan kuliah di Saudi Arabia, dia adalah KH. Nadhar Saleh Tamhid, Lc dan dibantu oleh para ustadz yang paham betul masalah keagamaan dan bahasa Arab dan pengetahuan wilayah Timur Tengah khususnya kawasan tanah suci Mekah dan Madinah. Diantaranya adalah KH. DR. Mushlih Abdul Karim, sarjana S3 alumnus salah satu Universitas Islam terkenal di Saudi dengan spesialisasi tafsir Al Qur'anul Karim. Juga ada KH Aunur Rafiq Lc, seorang yang banyak menterjemahkan buku-buku Islam, dan KH Zubair Suryadi Lc, juga lulusan Timur Tengah. "Semua itu menjadi jaminan bagi jamaah kita dalam menjalankan ibadahnya baik umrah ataupun haji," Tegas Ust H. Syahrul Syah, salah satu pembimbing haji/umrah di GSM ini.
Sistem networking 'Man Jadda Wajada' (Siapa yang bersungguh-sungguh ia dapat). Firman Allah SWT: "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian" (QS. Al Baqarah ayat 126).
Ayat ini adalah doa yang dipanjatkan oleh Abul Anbiya, Ibrahim as, saat ia dan anaknya, nabi Ismail as hendak membangun pondasi Ka'bah. Berdasarkan ayat ini ada dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam ibadah ke Baitullah, pertama masalah ritual dan tata laksana ibadah ke tanah suci (manasik) dan yang kedua adalah aspek kesejahtreraan (usaha dan penghasilan). Bisakah kita bayangkan berapakah penghasilan yang didapat pemerintah Saudi Arabia dari terselenggaranya ibadah haji dan umrah setiap tahunnya? Karena itu dalam system networking 'Man Jadda Wajada', yang dikelola oleh divisi marketing GSM yaitu PT Shafa Marwa Sukses ( PT SMS), jamaah diberikan jalan kemudahan ke tanah suci sekaligus juga mendapatkan penghasilan dan kesejahteraan.
Caranya cukup dimulai dengan uang muka (DP) Umrah 2,8 juta atau uang muka (DP) Haji Plus 4 juta (biaya Umrah mulai USD 1700 dan Haji Plus mulai USD 6500). Setelah membayar DP, calon jamaah mendapatkan asuransi jiwa syariah dengan uang pertanggungan hingga senilai 50 juta hingga usia 65 tahun, ID Card, Company Profile perusahaan, souvenir, voucher dan bonus. Voucher adalah sebagai tanda bukti yang sah bagi orang yang sudah membayar DP senilai USD 280 untuk Umrah dan USD 400 untuk Haji Plus.
Voucher ini menjadi pengurang biaya pemberangkatan umrah atau haji. Berlaku tanpa batas waktu, bisa diwariskan dan dihibahkan kepada orang lain. Satu voucher berlaku untuk satu orang jamaah dalam satu kali pemberangkatan sehingga tidak bisa digabung dengan voucher-voucher lainnya untuk membiayai keberangkatan. Sedangkan untuk komisi dan bonus ada 3 jenis, yakni komisi referensi/sponsorship, bonus pasangan dan bonus royalty/system.
Inilah jalan kemudahan yang diberikan oleh perusahaan kepada calon jamaah hingga ia bisa mencicil atau menabung agar tercukupi biaya perjalanan umrah atau hajinya. Caranya adalah dengan mengajak orang lain, baik itu keluarga, tetangga ataupun teman untuk bergabung dengan GSM dan SMS. Bila berhasil mengajak orang berumrah atau baru membayar DP nya saja maka dia mendapatkan 1 juta rupiah per jamaah, sedangkan haji 2 juta per jamaah. Ditambah bonus pasangan sebesar 400 ribu dan royalty 750 ribu. Bonus-bonus ini diberikan setiap minggunya dan langsung ditransfer ke rekening jamaah tanpa potongan biaya administrasi apapun sehingga jamaah menerima secara penuh apa yang menjadi haknya.
Bila seorang berhasil mengajak 9 orang saja yang ikut program umrah, walaupun baru membayar DP nya saja, maka ia sudah punya tabungan umrah yang memungkinkannya berangkat ke tanah suci. "Bonus-bonus tersebut sepenuhnya hak jamaah sehingga penggunaannya diserahkan kembali tangan jamaah seratus persen. Bila jamaah punya keperluan lain yang mendesak, maka bonus tersebut bisa digunakan, misalnya untuk biaya anak sekolah, pengobatan, dsbnya. Tapi bagi jamaah yang bonusnya sudah mencukupi dan tidak ada masalah maka kita ingatkan agar segera melaksanakan niatnya pergi ke tanah suci. Inilah yang dimaksud dengan ayat tersebut diatas,'"demikian paparan Ust Syahrul Syah, seorang ustadz kondang yang sering muncul di layar kaca ini, sekaligus sebagai Humas dan Personalia di PT SMS.
Di dalam system 'Man Jadda Wajada' calon jamaah yang sudah bergabung akan mendapatkan pembinaan rohani (taklim rutin) dari ustadz-ustadz lulusan Timur Tengah dan pelatihan yang berkaitan dengan motivasi dan pengembangan diri dari para instruktur handal dan berpengalaman. "Ini agar supaya calon jamaah tetap lurus niat dan motivasinya serta tetap bersemangat dalam kerja . Juga ada program promo dan reward yang realistis yang sangat mungkin dicapai supaya jamaah mendapatkan percepatan dalam pendapatannya," tegas Ust Syahrul Syah. Dengan prinsip 'Mantap' dan motto "Anda percaya kami amanah" GSM dan SMS siap memberikan kemudahan bagi anda menuju ke Baitullah menggapai berkah, rahmat dan ampunan Allah SWT agar hidup sejahtera dunia dan akhirat, bahagia lahir dan batin.

Sistem Networking 'Man Jadda Wajada':
*  Tidak ada uang atau DP yang hangus.
*  Jamaah bisa menabung/mencicil tanpa batas waktu.
*  Harga tetap sama antara membayar cash lunas atau mencicil/menabung.
*  Tidak ada kepangkatan keanggotaan.
* Yang lebih banyak kerja dan kesungguhannya maka dia yang akan lebih banyak penghasilannya.
*  Tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa
*  Orientasi kesejahteraan dunia dan akhirat

Pembimbing

1. K.H. Dr. Muslih Abdul Karim, MA.
- Pesantren Langitan, Jawa Timur
- Imam Muhammad ibn Saud University, Riyadh, KSA
- Dosen Pasca Sarjana UNI, Jakarta
- Dosen LIPIA Jakarta

2. K.H. Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Lc
- Universitas Da?wah, Tripoly Libia
- Direktur Penerbit Buku-Buku Islam Robbani Pers
- Penterjemah buku-buku pengetahuan Islam

3. K.H. Zubair Suryadi, Lc
- King Abdul Aziz University Jeddah KSA
- Dosen Universitas Muhamdiyah, Malang Jatim
- Da'i Rabithah Alam Islami, Jeddah
- Da'i di jajaran TNI
- Penerjemah buku-buku pengetahuan Islam

4. Ust. H. Syahrul Syah, S.Pd
- Juri Pildacil Lativi
- Penceramah Titian Qalbu TVOne
- Penceramah Ceria Ramadhan SCTV
- Penceramah Cahaya Iman Indosiar

5. Ust. H. Ibnu Jarir, Lc
- Ponpes Tarbiyah Islam, Tuban Jatim
- Fakultas Syariah Universitas Muhammad ibn Saud Jakarta
- Ketua Ikadi Depok
- Penceramah Tujuh Hari Menuju Taubat Lativi

6. Ust. H. Drs. Ade Khalifah M,
- Fakultas Sastra Arab Universitas Indonesia Jakarta
- Fakultas Syariah Universitas Muhammad ibn Saud Jakarta

7. K.H. Bachtiar Bakar, MA

Meraih Haji Mabrur


Haji mabrur adalah dambaan dan cita-cita setiap muslim yang melaksanakan haji. Tetapi pertanyaannya apa itu haji mabrur? Banyak orang menafsirkan bahwa haji mabrur adalah haji yang ditandai dengan kejadian-kejadian aneh dan luar biasa saat menjalani ibadah tersebut di tanah suci. Kejadian ini lalu direkam sebagai pengalaman ruhani, yang paling berkesan.

Bahkan kadang ketika ia sering menangis dan terharu dalam berbagai kesempatan itu juga dianggapnya sebagai tanda dari haji mabrur. Imam Al Ashfahani menyebutkan haji mabrur artinya haji yang diterima (maqbul) (lihat mufradat alfadzil Qur’an, h. 114).
Tapi apa tanda-tandanya?
Mabrur diambil dari kata al birru (kebaikan). Dalam sebuah ayat Allah swt berfirman: “lantanalul birra hatta tunfiquu mimma tuhibbun. Kamu tidak akan mendapatkan kebajikan sehingga kamu menginfakkan sebagian apa yang kamu cintai”. QS.3:92. Ketika digandeng dengan kata haji maka ia menjadi sifat yang mengandung arti bahwa haji tersebut diikuti dengan kebajikan.
Dengan kata lain haji mabrur adalah haji yang mengantarkan pelakunya menjadi lebih baik dari masa sebelumnya. Al Qur’an juga menggunakan kata al birru untuk pengabdian yang terus menerus kepada orang tua wabarraan biwalidati. QS. 19:32. Orang-orang yang selalu mentaati Allah swt dan menjauhi segala yang dilarang disebut al abraar, kelak mereka dihari kiamat akan ditempatkan di surga. “Innal abraara lafii na’iem”. QS.82:13. Bila digabung antara ayat ini dengan hadits Rasulullah: “Al hajjul mabrrur laisa lahuu jazaa illal jannah.” HR Bukhari, nampak titik temu yang saling melengkapi, bahwa haji mabrur akan selalui ditandai dengan perubahan dalam diri pelakunya dengan mengalirnya amal saleh yang tiada putus-putusnya. Bila setelah berhaji seseorang selalu berbuat baik, sampai ia menghadap Allah swt, maka jelas ia akan tergolong kelompok al abraar dan pahala yang akan kelak ia dapatkan adalah surga.
Beradasarkan pembahasan di atas bahwa untuk mencapai haji mabrur ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi:
Pertama, niat yang ikhlas karena Allah swt, bukan karena ingin dipuji orang dan berbangga-bangga dengan gelar haji. Seorang yang tidak ikhlas dalam beramal apapun termasuk haji, Allah swt akan menolak amal tersebut sekalipun di mata manusia ia nampak begitu agung dan mulia.
Kedua, bekalnya harus halal. Haji yang dibekali dengan harta haram pasti Allah swt tolak. Rasulullah saw bersabda: “Sesunguhnya Allah baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Di akhir hadits ini Rasulullah menggambarkan seorang musafir sedang berdo’a tetapi pakaiannya dan makanannya haram, maka Allah tidak akan menerima doa tersebut.” HR. Muslim. Demikian juga ibadah haji yang dibekali dengan harta haram.
Ketiga, Dari niat yang ikhlas dan bekal yang halal akan lahir syarat yang ketiga: istiqamah. Istiqamah artinya komitmen yang total untuk mentaati Allah swt dan tunduk kepada-Nya, bukan saja selama haji, melainkan kapan saja dan di mana saja ia berada. Haji tidak akan bermakna jika sekembalinya dari tanah suci, seorang tidak menyadari identitas kehambaanya kepada Allah swt. Tuntunan syetan kembali diagungkan. Merebut harta haram dan kemaksiatan menjadi kebiasaannya sehari-hari. Bila ini yang terjadi, bisa dipastikan bahwa hajinya tidak mabrur. Karena haji mabrur akan selalu diikuti dengan kebajikan. Pribadi yang istiqamah setelah menjalankan ibadah haji, akan selalu tenang. Tidak plin-plan. Perilakunya jelas tidak berwarna-warni seperti bunglon. Apa yang Allah swt haramkan senantiasa ia hindari, dan apa yang diwajibkan selalu ia tegakkan secara sempurna.
Allah swt mengajarkan bahwa hanya iman dan harta halal yang bisa membuat seseorang selalu istiqamah mentaati-Nya. QS. 2:172, 23:51.
Istiqamah mempertahankan nilai-nilai haji, dan menahan diri dari segala bentuk kemungkaran sekecil apapun.
Seseorang yang naik haji akan di sebut haji mabrur setelah ia nampak bahwa hidupnya lebih istiqamah dan kebajikannya selalu bertambah sampai ia menghadap Allah SWT. Wallahu a’lam bishshawab.

Agar Ibadah Haji Diterima


Ibadah haji merupakan puncak peribadatan seorang muslim sebagai penunaian rukun Islam yang ke lima. Ulama menganalogikan haji sebagai pagar bagi sebuah bangunan, dimana berfungsi untuk menjaga dan memperindah bangunan tersebut. Namanya juga pagar, boleh jadi harus dibuat, jika mampu, namun jiga tidak mampu, ya tidak apa-apa.
Berbeda dengan rukun Islam yang lain. Syahadat diibaratkan dengan pondasi, dan karenanya harus kuat. Shalat lima waktu ibarat tiang, yang juga harus kokoh. Puasa ibarat dinding, yang juga harus berdiri kuat. Dan zakat merupakan atap, dimana berfungsi untuk mengayomi isi bangunan.
Ibadah haji, hanya dilaksanakan bagi mereka yang sudah mampu. Allah swt berfirman,“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” QS. Ali Imran : 97.
Yang dimaksud dengan sanggung atau mampu di sini yaitu sanggup mendapatkan perbekalan, alat transportasi, sehat jasmani dan perjalananpun aman.
Semua orang mendambakan bangunan rumahnya memiliki pagar yang menarik dan rapi. Begitu juga setiap muslim pasti merindukan berziarah ke Baitullah Al Haram. Kita berdo’a agar Allah swt memudahkan kita untuk berziarah ke rumah-Nya. Berziarah tidak hanya untuk menunaikan ibadah haji, namun bisa umrah, ziarah makam Nabiyullah Muhammad saw. para sahabatnya dan napak tilas sejarah dari masa ke masa. “Ya Allah, Mudahkanlah bagi kami berziarah ke rumah-Mu yang mulya dan berziarah ke makam nabi-Mu yang Engkau Mulyakan.”
Persiapan Haji
Pertama, Biaya yang Halal.
Satu-satunya ibadah yang membutuhkan biaya tinggi, paling tidak untuk muslim Indonesia adalah ibadah haji. Kurang-lebih lima puluh juta harus disiapkan untuk biaya ibadah haji. Dana yang besar itu harus dihasilkan dari sumber yang halal. Dalam sebuah hadits sahih diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Baik, Dia tidak menerima sesuatu (amalan) kecuali dari sumber yang baik.” HR. Muslim (Sahih Muslim, Jilid 5, Hal. 192).
Seseorang yang menunaikan ibadah haji dari sumber biaya yang haram, maka ketika ia menyeru, “Labbaikallahumma labbaik, Aku penuhi panggilan-mu Ya Allah.” Maka Allah swt langsung menolaknya, “Tidak ada kata selamat datang bagimu, tidak ada sambutan kebaikan bagimu.” Wal iyadzubillah.
Ada kisah menarik di zaman nabiyullah Musa alaihissalam, dimana ketika itu kaumnya sedang dilanda paceklik dan kemarau panjang. Maka nabiyullah Musa mengumpulkan kaumnya bersama-sama untuk beristighatsah, memohon kepada Allah swt agar segera diturunkan hujan. Serentak mereka menengadahkan tangan berseru, namun dijawab Malaikat dengan suara lantang, “Tidak aka dikabulkan do’a-do’a kalian, sampai salah seorang di antara kalian keluar dari barisan, karena ia telah memakan harta yang haram. Nabiyullah Musa tidak berani dan tidak mengetahui siapa yang dimaskud. Dan orang yang merasa sumber masalahpun tidak berani keluar dari barisan sehingga semua orang pasti akan mengetahui kejelekannya. Mereka berdo’a berulang-ulang, dan disambut jawaban yang sama dari Malaikat. Sampai akhirnya orang yang memakan barang haram menjerit hatinya, menyesal gara-gara ia semua jadi susah. Ia bertaubat dengan sungguh-sungguh. Seketika itu Allah swt menurunkan hujan.”
Kedua, Ikhlas karena Allah swt Semata
Menunaikan haji bukan karena malu dengan orang lain, seperti seorang atasan berangkat haji karena bawahannya sudah berhaji. Atau ingin dipanggil dengan gelar ”pak haji”. Atau menjadi bukti status sosial di masyarakat. Tidak karena itu, munanaikan haji hanya dilandasi oleh ketulusan dan keridhoan Allah swt semata sebagai wujud penghambaan kepada-Nya.
Seseorang yang berangkat haji dengan niat ikhlas, akan di kabulkan do’anya ketika berdo’a, diberi ampun ketika beristighfar. Rasulullah saw bersabda diriwayatkan dari Abu Hurairah, ”Orang-orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah adalah tamu-tamu Allah. Jika mereka berdoa, pasti akan dikabulkan. Jika mereka minta ampun, pasti diampuni.” HR. Ibnu Majah (Sunan Ibnu Majah, Jilid 8, Hal. 439).
Ketiga, Berbekal Taqwa
Allah swt berfirman dalam rangkaian ibadah haji agar membekali diri dengan taqwa, yaitu sikap siap taat terhadap apa yang Allah swt perintahkan dan Rasul-Nya kerjakan serta siap meninggalkan segala apa yang Allah swt larang dan Rasul-Nya jahui. Ketika malaksanakan ibadah haji.”Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.” QS. Al Baqarah : 197.
Termasuk bekal di sini adalah bekal materi sehingga di tanah Suci tidak kehabisan bekal dan akhirnya meminta-minta.
Keempat, Menguasai Ilmu tentang Ibadah Haji
Para ulama ushul sepakat bahwa ilmu itu lebih penting dan didahulukan dari pada amal perbuatan. Karena amal perbuatan yang tidak didasari ilmu pengetahuan, selain tidak akan diterima justru mengarah pada membuat-buat hal yang baru yang dilarang agama.
Ilmu yang harus diketahui seputar haji adalah yang berkaitan dengan rukun haji, dimana rukun haji bila tidak dilaksanakan hajinya menjadi tidak sah.
Adapun rukun haji adalah sebagai berikut :
1. Ihram, yaitu mengenakan pakaian ihram dengan niat untuk haji atau umroh di miqat makani.
2. Wukuf di Arafah, yaitu berdiam diri, berdzikir, berdo’a, beristghfar di padang Arafah pada tanggal 9 Dzul Hijjah.
3. Thawah Ifadhah, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, dilakukan sesudah melontar jumrah Aqabah pada tanggal 1o Dzul Hijjah.
4. Sa’i, yaitu berjalan atau berlari-lari kecil antara shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali, dilakukan sesudah Thawaf Ifadhah.
5. Tahallul, yaitu bercukur atau menggunting rambut sesudah selesai melaksanakan sa’i.
6. Tertib, yaitu mengerjakannya sesuai dengan urutannya serta tidak ada yang tertinggal.
Yang juga diketahui adalah Wajib Haji, Adalah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji sebagai pelengkap Rukun Haji, yang jika tidak dikerjakan harus membayar dam (denda). Yang termasuk wajib haji adalah :
1. Niat Ihram, untuk haji dan umrah dari Miqat Makani, dilakukan setelah berpakaian ihram.
2. Mabit (bermalam) di Muzdalifah pada tanggal 9 Dzulhijjah (dalam perjalanan dari Arafah ke Mina).
3. Melontar Jumrah Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah.
4. Mabit di Mina pada hari Tasyrik (Tanggal 11,12,13 Dzulhijjah).
5. Melontar Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari Tasyrik.
6. Thawah Wada’, yaitu melakukan perpisahan sebelum meninggalkan kota Makkah.
7. Meninggalkan perbuatan yang dilarang waktu ihram, seperti memakai wangi-wangian, menyisir, menggunting kuku atau rambut, berpakaian berjahit.
Kelima, Mengetahu Ilmu tentang Safar
Ibadah haji atau umrah adalah ibadah yang memakan waktu panjang dan tempat yang jauh. Berarti terkait dengan safar atau perjalanan. Dalam fiqh orang yang sedang mengadakan perjalanan mendapatkan dispensasi-dispensasi dari Allah swt, seperti bertayamum, shalat di jama’ atau digabung, shalat di qashar atau di perpendek menjadi dua rekaat.
Disinilah apresiasi agama Islam yang begitu besar terhadap ibadah ini, selain dispensasi diatas, ternyata safar itu sendiri menjadi ibadah yang berdiri sendiri, sehingga kita disunnahkan untuk berdoa ketika akan berangkat, mendo’akan dan dido’akan.
Bahkan do’a yang tidak akan tertolak adalah do’a yang dilaksanakan pada saat sedang dalam safar.
Ketika Di Tanah Suci
Pada dasarnya ibadah haji itu membutuhkan waktu lima hari saja, terhitung sejak tanggal 9 Dzulhijjah sampai 13 Dzulhijjah, inilah yang terkait dengan rukun haji. Tidak ada bacaan-bacaan khusus atau do’a-do’a khusus dalam praktek ibadah haji. Do’a yang masyhur dilantunkan adalah do’a sapu jagat, ”Rabbana aatina fiddunya hasanah wafilaakhirati hasanah waqina adzabannar.”
Hal-hal yang harus dihindari ketika melaksanakan ibadah haji di antaranya: berkata tidak senonoh atau yang mengundang syahwat, bersetubuh, berbuat fasik atau dosa, bertengkar. Allah swt berfimran:
”(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (Kata-kata yang menimbulkan birahi atau bersetubuh), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.” QS. Al Baqarah : 197
Ibadah haji lebih banyak berkaitan dengan fisik. Mengelilingi Ka’bah, lari-lari kecil, melempar jumrah, wukuf di terik matahari di padang Arafah. Semuanya membutuhkan fisik yang sehat dan prima.
Hal lain yang harus dikuatkan adalah kesabaran, memaafkan, mendahulukan saudara, menolong sesama. Bisa dibayangkan lebih dari dua ratus juta manusia berkumpul di satu tempat dalam satu waktu.
Sekembali di Tanah Air
Yang jauh lebih berat untuk mempertahankan kemabruran ibadah haji adalah pasca pelaksaannya atau ketika dalam kehidupan sehari-hari. Tanda kemabruran seseorang bisa dilihat dari perubahan pada dirinya. Adakah perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya dan istiqamah dalam ketaatan sampai akhir hidupnya, atau sama saja dengan sebelum menunaikan ibadah haji?.
Haji yang diterima Allah swt adalah haji yang mabrur. Berbahagialah orang yang meraih haji mabrur, sebab haji mabrur tiada balasannya kecuali surga. Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, ”Haji mabrur tiada balasannya kecuali surga. Dan dari pelaksanaan umrah ke umrah yang lain akan menghapus kesalahan antara keduanya.” HR. Imam Ahmad (Musnad Imam Ahmad, Jilid 15, Hal. 91).
Sudah saatnya umat Islam meluruskan niat, bersungguh-sungguh dalam menunaikan ibadah haji, dan menjaga semangat haji dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan lahir perubahan-perubahan yang sangat signifikan dalam kehidupan pribadi yang otomatis akan berdampak pada kehidupan sosial dan berbangsa.
Bangsa ini sangat berhajat terhadap masyarakat yang berakhlakul karimah, bermoral, memiliki idealisme yang luhur yang bersumber dari keyakinan yang benar, sehingga keberkahan-keberkahan Allah swt akan segera turun di bumi pertiwi yang kita cintai. Allahu a’lam.

Pasar Kurma Terbesar di Arab Saudi


Hampir bisa dipastikan, setiap jamaah haji dari segala penjuru dunia yang bertandang ke Tanah Suci, akan menjinjing buah cokelat kehitam-hitaman ini sebagai salah satu oleh-oleh mereka.Tak sulit mendapatkan kurma Madinah. Saat berada di Madinah, pergi saja ke Pasar Kurma (Madinah Dates Market ). Letak pasar ini tepat di pusat kota, arah selatan Masjid Nabawi. Hanya berjarak sekitar setengah kilometer dari masjid para nabi, Pasar Kurma berada di kawasan bernama Qurban.Salah satu sudut Pasar KurmaKurma dan air zam-zam selalu identik dengan oleh-oleh ibadah haji. Kurma yang paling terkenal adalah kurma Madinah. Selain karena bentuknya lebih besar, daging buahnya kenyal dan kering, menambah atribut rasa manis kurma Madinah. Seperti namanya, kurma ini memang berasal dari Madinah, kota produsen kurma terbesar di Arab Saudi.

Dari Masjid Nabawi, Anda cukup berjalan ke arah Kubah Hijau dari arah Baqi. Bila wajah Anda sudah menghadap ke arah Kubah Hijau dan membelakangi Baqi, berjalanlah lurus ke depan. Tak berapa lama, Anda akan melihat Pasar Kurma di sisi sebelah kanan. Pasar ini cukup luas dengan  outlet-outlet kurma berjajar. Dijamin tak kesulitan menemukan pasar ini.
Pasar Kurma Madinah yang dibangun pada 1982 oleh Pemerintah Arab Saudi, buka mulai pukul 08.00 sampai pukul 22.00 waktu setempat. Anda bisa membeli aneka kurma di sini, baik kurma murni maupun olahan. Ada puluhan jenis. Sebut saja cokelat isi kurma, kurma isi kacang, kismis, biskuit selai kurma, dan tentunya (buah) kurma Madinah yang terkenal.
Layaknya di pasar-pasar tradisional, para pedagang Pasar Kurma Madinah juga bersaing dalam urusan memberikan harga kepada para calon pembeli. Kejelian memilih aneka jajanan kurma dan kemahiran menawar harga menjadi kunci utama bertransaksi di pasar ini. Tak jarang ada cerita seorang pembeli mendapatkan kurma dengan harga lebih murah dibandingkan pembeli lainnya. Padahal, jumlah makanan dan tempat membelinya sama.
Khusus untuk kurma Madinah, setidaknya ada tiga klasifikasi yang sudah dikenal, yaitu Ajwa, Ambhar, dan Safawi. Kurma Ajwa adalah kurma yang paling diminati. Tak heran, kurma jenis inilah yang paling banyak terdapat di Pasar Kurma.
Bukan rasa ataupun bentuk yang menjadikan Kurma Ajwa diincar para pembeli, melainkan sebuah hadis Rasulullah SAW yang berbunyi: ””Barang siapa di waktu pagi makan tujuh butir Kurma Ajwa, pada hari itu ia tidak akan kena racun maupun sihir.””Hadis yang terdapat dalam kumpulan Shahih Bukhari inilah yang membuat kurma berwarna agak kehitaman dan berkulit keriput tersebut menjadi incaran para jamaah.
Mengikuti teori ekonomi, Kurma Ajwa merupakan kurma dengan harga paling mahal dibandingkan kurma jenis lainnya. Menyesuaikan ukuran buah, Kurma Ajwa dibanderol dengan harga 60 riyal sampai 80 riyal untuk satu kilogramnya.
Terkait kualitas buah, di bawah Kurma Ajwa, ada jenis Kurma Ambhar. Untuk satu kilogram kurma ini, pembeli harus mengeluarkan kocek antara 35 riyal sampai 40 riyal, tergantung besar buahnya. Kalau kurma-kurma jenis lain bisa dicicipi sebelum membeli, jangan harap Anda bisa mencicipi Kurma Ajwa dan Kurma Ambhar.
Para pedagang di sana kebanyakan menyatakan haram untuk mencicipi dua jenis kurma terbaik tersebut, kecuali Anda memang benar-benar ingin membelinya. Sedangkan untuk jenis kurma lainnya, jamaah bisa membeli dengan cukup murah.
Hal yang sudah pasti, bila Anda ingin membeli kurma sebagai oleh-oleh, belilah di Madinah. Alasannya tak lain karena kurma dijual lebih murah di Madinah daripada di Makkah. Selisih harga untuk satu kilogram kurma di Madinah dengan di Makkah bisa mencapai setengah kalinya. Contoh saja untuk Kurma Ajwa ukuran kecil dengan harga sekitar 60 riyal di Madinah, maka di Makkah paling murah Anda harus mengeluarkan uang 100 riyal per kilogramnya.
Contoh lain adalah Kurma Safawi yang di Madinah hanya seharga 15 riyal per kilogram, namun di Makkah dijual dengan harga paling murah 20 riyal

Uhud: Magnet Bagi Jamaah

Uhud: Magnet Bagi Jamaah Umrah Saat Ramadhan



MADINAH–Bulan ramadhan menjadi magnet umat islam untuk datang berziarah maupun ibadah ke kota suci Madinah, banyak orang mengunjungi situs bersejarah di kota itu, termasuk situs tempat  kala terjadi perang Uhud pada masa Nabi Muhammad (saw) 625 (3 H).
Jabal Uhud
Ribuan orang mengunjungi bukit Uhud, banyak penduduk lokal mengambil kesempatan untuk mendirikan kios-kios untuk menjual cinderamata, parfum, manik-manik, herbal, buku, Alquran, kalender, minuman ringan dan es krim.
Nurul Haq Siraj, seorang jamaah Umrah asal Pakistan, mengatakan ia membeli beberapa rempah-rempah dan rosario. “Sungguh menakjubkan cara mereka mengemas barang di sini, belum lagi keragaman barang yang dijual,” katanya.

Khaled Ibrahim, seorang peziarah Umrah dari Mesir, bergegas  mengunjungi kios-kios usai berziarah ke makam para sahabat Nabi yang menjadi shuhada dalam perang Uhud. “Saya membeli beberapa pernik bebatuan. Saya juga berfoto di tempat itu. Foto ini akan mengingatkan saya bahwa saya pernah berkunjung ke tempat ini dan diharapkan akan mengingatkan saya tentang ziarah saya ketika saya kembali di masa mendatang, “katanya.
Di satu sisi berdiri tegak gunung Uhud yang dahulu menjadi medan perang, sementara di sisi lain berdiri sebuah bukit yang berbatu-batu, disitulah sekelompok fotografer mengambil gambar para peziarah.
“Banyak peziarah yang ingin memiliki foto mereka diambil di sini untuk mengingatkan mereka dari tempat ini. bukit ini terkenal dan memiliki banyak makna sejarah, “kata Khaled Al-Matarfi.
“Kami memasang tarif untuk satu foto SR 10  dan SR 15 untuk dua foto. Meskipun kamera ponsel telah mengakibatkan penurunan bisnis kami, namun kami masih bisa mendapatkan antara SR 300 sampai SR 200 sehari, “katanya.
Perang Uhud adalah pertempuran kedua antara orang-orang kafir dari Makkah dan Muslim dari Madinah, dimana sebelumnya telah didahului  Perang Badar (624 M / 2 H) di mana pasukan Muslim yang jumlahnya jauh lebih kecil dapat mengalahkan pasukan Mekah yang jauh lebih besar.
Selama Pertempuran Uhud, Nabi Muhammad (SAW) bersama 50 pemanah dan Abdullah bin Jubair berada di bukit Gunung Uhud untuk memastikan musuh tidak menyerang kaum Muslim dari belakang.
Nabi memerintahkan agar 50 orang ini menjaga kaum muslim dan mencegah musuh melewati celah gunung, dan tidak meninggalkan tempat ini dalam situasi kalah atau menang.
Selama pertempuran, setiap kali musuh mencoba menyerang dari belakang, para pemanah dapat memukul mundur. Musuh membuat strategi baru dengan membuang senjata mereka di satu tempat dan mereka mundur dari pertempuran. Saat itulah para pasukan elite terpancing dan turun untuk mengumpulkan barang rampasan perang.
Namun, pada saat yang sama kavaleri musuh yang dipimpin oleh Khaled bin Walid, yang pada waktu itu belum bisa menerima Islam, menyerang kaum Muslim dari belakang datang dari balik bukit itu.
Kala itu merupakan kemunduran besar bagi umat Islam Madinah, perang yang mengakibatkan banyak pengorbanan sahabat terkemuka Nabi, termasuk paman Nabi yaitu Hamzah dan Abdullah bin Jubair.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More